Text
Sepatu Dahlan
Mata berkunang-kunang, keringat bercucuran, lutut gemetaran, telinga mendenging... Siksaan akibat rasa lapar ini memang tak asing, tetapi masih saja mengusikku... Sungguh, aku butuh tidur. Sejanak pun bolehlah. Supaya lapar ini terlupakan... Kehidupan mendidik Dahlan kecil dengan keras. Baginya, rasa perih karena lapar adalah sahabat baik yang enggan pergi. Begitu pula dengan lecet dikakinya, bukti perjuangan dalam meraih ilmu. Ya, dia harus berjalan puluhan kilometer untuk bersekolah tanpa alas kaki. Tak hanya itu, sepulang belajar, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan demi sesuap tiwul. Mulai dari nguli nyeset, nguli nandur, sampai melatih voli anak-anak jurangan tebu. Semua itu tak membuat Dahlan putus asa. Tak juga berarti keceriaan masa kanak-kanaknya hilang. Ketegasan sang Ayah serta kelembutan hati sang Ibu, membuatnya bertahan. Persahabatan yang murni menyemangatinya untuk terus berjuang. Dan apapun yang terjadi, Dahlan terus berusaha mengejar cita-cita besarnya: sepatu dan sepeda.
0067076 | F Pab s C2 | Perpustakaan SMA Negeri 8 Yogyakarta (Fiksi) | Tersedia |
0067077 | F Pab s C3 | Perpustakaan SMA Negeri 8 Yogyakarta (Fiksi) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain