Melalui peralatan simbolisme, lakon ini menyuguhkan peristi wa kontemplatif mengenai konflik antara iman dan eksis tensi diri. Jumena Martawang sa, tokoh utamanya, seorang tua bangka, kaya raya, beristri cantik dan muda, namun cen derung selalu bercuriga,mera sa tersaing, dan tidak berdaya. Hidupnya ibarat sumur tanpa dasar: kelam dan tak berujung.