Text
Pekerdja di Djawa Tempo Doeloe
Ketika negara Republik Indonesia ini belum lahir, penduduk yang mendiami bumi nusantara ini sudah memiliki kebebasan untuk memilih pekerjaan sesuai dengan minat atau memang telah menjadi warisan leluhurnya. Sebagai jantung politik pemerintah Hindia Belanda sekaligus pusat industri, Pulau Jawa menjanjikan napas penghidupan yang panjang. Dalam buku ini, Olivier Johannes Raap, sang penulis, menuturkan setiap koleksi kartu posnya secara rinci, santun, bahkan tak jarang menggelitik. Lebih dari seratus lima puluh pekerjaan sudah dilakoni oleh masyarakat pada rentang akhir abad 19 hingga awal abad 20. Uniknya, tidak sedikit pekerjaan yang sudah punah, namun banyak juga yang bermetamorfosis. Sebutu saja, penjual sutra keliling. Pada zamannya, pekerjaan itu boleh dibilang menjadi primadona kaum etnis Tionghoa, namun kini keberadaannya sudah tergilas zaman. Di sini, Olivier menjelaskan bahwa penjual seperti ini disebut "tukang kelontong". Kelontong adalah alat musik kecil yang berbunyi kalau diputar, yang pada zaman dahulu dipakai oleh pedagang keliling Tionghoa. Sungguh ... melalui kartu pos, kita bisa mengetahui banyak istilah ataupun riwayat sejarah yang belum diketahui. Seolah-olah, imajinasi kita dibawa ke masa lalu dan seolah-olah pula, walau bisa kembali di putar lewat kartu pos.
0000845 | 959.8 Raa p | Perpustakaan SMA Negeri 8 Yogyakarta (900) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain